[LENGKAP] Ikhtisar tentang sejarah berdirinya Universitas al-Azhar di Kairo (Mesir)

Ikhtisar tentang sejarah berdirinya Universitas al-Azhar di Kairo (Mesir)


                                     DidirikanOktober 975 M, Kairo, Mesir
                                     RektorDr. Ibrahim al-Hudhud
                                     PresidenMuhammad Hussein Mahrasawi

Universitas Al-Azhar (diucapkan "AZ-har", Arab: جامعة الأزهر الشريف‎; Al-ʾAzhar al-Šyarīf, Al-Azhar Mulia), adalah salah satu pusat utama pendidikan sastra Arab dan pengkajian Islam Sunni di dunia dan merupakan universitas pemberi gelar tertua kedua di dunia. Universitas ini berhubungan dengan masjid Al-Azhar di wilayah Kairo Kuno.

UNIVERSITAS AL-AZHAR DI  CAIRO MESIR
A.         Sejarah Berdirinya Universitas Al-Azhar

     Dalam sejarah dunia keilmuan, Al-Azhar dikenal sebagai universitas tertua, tidak hanya di dunia Islam, namun juga di seluruh dunia. Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Al-Siqili mendirikan masjid Al-Azhar, pada tanggal 17 Ramadhan 359 Hijriyah (970 Masehi).Sebelumnya masjid ini bernama al-Qahiroh, sama dengan nama kota (Kairo) yang dibangun oleh Jauhar al-Sikilli. Penamaan ini dikaitkan dengan istilah al-qahirah al-zahirah, al-zahirah artinya cemerlang. Namun, yang dikehendaki oleh al-Sikilli adalah nisbat yang lebih dekat dengan istilah al-zahra, gelar ini nama Sayyidah Fatimah al-Zahra, putri Rasulullah SAW. Sesuai dengan penisbatan itu, ditetapkanlah nama al-Azhar sebagai nama masjid tersebut. Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Ahzar di ambil dari Al-Zahra, julukan Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW dan istri Ali Ibn Abi Thalib.
     Masjid Al-Azhar selesai dibangun pada tahun 361 Hijriyah (972M), merupakan masjid pertama di kairo dan masjid keempat di mesir, setelah masjid Amr Ibn Ash, masjid Askar, dan masjid Ahmad Ibn Thulun. Pada awalnya Al-Azhar bukanlah sebuah perguruan tinggi atau sebagai lembaga pendidikan formal, melainkan hanya sebagai masjid yang oleh khalifah Dinasti Fathimiyah dijadikan sebagai pusat untuk menyebarkan dakwah mereka namun kemudian berkembang menjadi universitas. Al-Azhar dan kota Kairo merupakan bukti fonumental sebagai produk peradaban islam di Mesir yang tetap eksis sampai saat ini .

B.       Pendidikan Universitas Al-Azhar
     Al-Azhar tidak hanya dikenal sebagai universitas Islam tertua di dunia, tetapi Al-Azhar juga sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan mesir selama 1.000 tahun. Al-Azhar telah melahirkan pemimpin-pemimpin besar, filusuf-filusuf, sarjana-sarjana, tokoh-tokoh politik dan orang-orang terkenal. Pada abad ke-9 Hijriyah merupakan masa kejayaan bagi Al-Azhar karena pada saat itu Al-Azhar menempati tempat tertinggi di antara madrasah-madrasah dan perguruan tinggi yang ada di kairo. Ketika itu, Al-Azhar sebagai induk madrasah juga sebagai perguruan tinggi terbesar yang tidak ada tandingannya.
Al-Azhar Dalam Kekuasaan Khalifah
1)      Masa Dinasti Fatimiyyah
     Al-Azhar pada masa dinasti Fatimiyyah dijadikan sebagai alat propaganda kekuasaan khalifah dan sebagai alat penyebaran doktrin faham Syi’ah. Pada masa ini pula sistem pengajaran terbagi menjadi empat kelas.
     Pertama, kelas umum diperuntukkan bagi orang yang datang ke al-Azhar untuk mempelajari al-Qur’an dan penafsirannya. Kedua, kelas para mahasiswa universitas al-Azhar kuliah dengan para dosen yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan dan mengkaji jawabannya. Ketiga, kelas Darul hikam, kuliah formal ini diberikan oleh para mubalig seminggu sekali pada hari senin yang dibuka untuk umum dan pada hari kamis dibuka khusus untuk mahasiswa pilihan. Keempat, kelas nonformal, yaitu kelas untuk pelajar wanita.
     Mahasiswa yang belajar di al-Azhar dilarang mempelajari mazhab selain Syi’ah. Sedemikian ketatnya, sampai ada mahasiswa yang dipenjara karena menyimpan kitab Al-Muwattho’ karya monumental Imam Malik.
     Pada masa khalifah Al-Aziz Billah, 378 H dengan usaha wazirnya Yakub ibn Kills, yang menyelenggarakan kuliah umum di al-Azhar yang diikuti oleh peminat yang sangat banyak. Kegiatan inilah yang dianggap sebagai awal lahirnya sistem pedidikan tinggi di al-Azhar. Karena hal inilah al-Azhar dijadikan sebagai Universitas Islam yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, ilmu logika, dan ilmu umum lainnya. Untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran, al-Azhar dilengkapi dengan asrama untuk para fuqaha (dosen, tenaga pendidik) serta semua urusan dan kebutuhannya ditanggung oleh khalifah. Adapun ilmu agama yang diajarkan meliputi: ilmu tafsir, qiraat, hadits, fiqih, nahwu, sharaf, dan sastra. Sedangkan ilmu-ilmu umum yang dipelajari ialah: filsafat, ilmu falak, ilmu ukur, musik kedokteran, kimia, dan sejarah , serta ilmu bumi. Diantara para ulama yang turut belajar pada masa itu antara lain: Hasan ibn Ibrahim atau yang lebih dikenal Ibnu Zulaq, al-Amir al-Mukhtar ‘Izzul Mulk Muhammad bin Abdullah, Abu Abdillah al-Qudha’i, Abi Ali Muhammad bin al-Hasanbin al-Haitsam.

2)      Masa Dinasti Ayyubi
     Setelah Sholahuddin Al-Ayyubi menguasai Mesir dan menjatuhkan dinasti Fatimiyyah, kegiatan keilmuan di al-Azhar harus terhenti. Karena Sholahuddin al-Ayyubi adalah penganut faham Sunni, ia menutup al-Azhar baik untuk shalat jumat maupun sebagai universitas. Al-Azhar tidak lagi menjadi penyelenggara pendidikan islam yang membanggakan.
     Kendati al-Azhar ditutup sebagai lembaga pendidikan, perkuliahan beralih ke madrasah-madrasah dan lembaga kuliah setingkat universitas, yang jumlahnya hinga mencapai 25 lembaga di Kairo. al-Azhar juga sering mendapat kunjungan ulama-ulama terkenal yang juga memberikan kuliah. Pada tahun 589 H Abd Latif al_baghdadi berkunjung ke Mesir, pada masa al-Malik al-Aziz Imad al-Din Utsman anak Sholah al-Din. Pada kunjungannya ini ia sempat mengajar mantiq dan al-Bayyan di al-Azhar.
     Setelah Daulah Fatimiyah jatuh ke tangan Shalahuddin al- ayyubi pada tahun 567 H (1171 M), maka ia mengambil kebijakan baru untuk menghilangkan aliran Syi’ah yangtelah tumbuh dan berkembang sekian lama. Terutama melalui sarana al-Azhar untuk digantinya dengan aliran Sunni. Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masa Sholahuddin adalah:
a.      Pembekuan kegiatan khutbah di al-Azhar selama hampir seratus tahun sampai masa Sultan al-Mamluki al-Dzahir pada tahun 665 H/1226 M.
b.      Melakukan renovasi pembangunan al-Azhar oleh Amir Edmir dan Sultan Berbes atau Sultan al-Dzohir Berbes.
c.       Al-Azhar menjadi pusat studi islam yang amat penting, terutama ketika Kairo menjadi kiblat para ulama, fuqaha, dan mahasiswa.

3)      Masa Dinasti Mamalik
     Pada masa ini terjadi serbuan besar-besaran dari bangsa Mongol ke timur dan jatuhnya islam di barat, sehingga banyak para ulama dan ilmuan yang mencari perlindungan ke al-Azhar. Hal ini menyebabkan posisi al-Azhar menjadi penting. Sejak saat itu banyak pelajar dan negara-negara islam yang tertarik menjadi mahasiswa dan belajar di al-Azhar.
     Terhitung 98 tahun sejak al-Azhar ditutup, sejak masa Sholahuddin al-Ayyubi sampai 17 tahun dari pemerintahan dinasti Mamalik. Pada tahun 665 H seorang amir yang tinggal tidak jauh dari al-Azhar mengajukan usul kepada Sultan al-Zahir Baibars untuk membuka al-Azhar kembali sebagai tempat untuk shalat jumat.usulan itupun diterima dan sejak saat itu ia dan amir mengeluarkan uang sendiri untuk memperbaiki al-Azhar. Semenjak saat itu pula al-Azhar sering dikunjungi oleh ulama-ulama terkenal dari berbagai daerah untuk belajar dan mengajar, seperti Ibn Khaldun, Abu al-‘Abbas Ahmad al-Qalqasyandi (w. 821 H/1418 M) dan Jalal al-Din al-Suyuthi (w.911 H/1505 M).
     Sejak dibuka kembali sebagai tempat shalat jumat dan tempat kegiatan keilmuan, al-Azhar yang dulunya beraliran faham Syi’ah sekarang berubah menjadi Faham Sunni.
     Pada masa ini, kebijakan dan perhatian pemerintah terhadap al-Azhar sangat kondusif untuk pengembangan al-Azhar sebagai sebuah perguruan tinggi. Diantaranya adalah al-Azhar banyak mendapat wakaf dari para sultan dan umara yang tujuannya adalah untuk membantu dan memelihara kemasyhuran ilmu pengetahuan di al-Azhar dan untuk kelanjutan al-Azhar sebagai pusat pergerakan ilmu pengetahuan di Mesir dan dunia islam. Harta wakaf al-Azhar sampai saat ini masih digunakan untuk membayar gaji para dosen dan karyawannya, baik untuk warga Mesur sendiri maupun warga negara asing, juga digunakan untuk membiayai pembangunan asrama pelajar dan mahasiswa.
     Pada masa dinasti Mamalik, sistem pembelajaran di al-Azhar adalah para mahasiswa diberi kebebasan dalam memilih mata kuliah yang dipelajarinya, sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasai oleh masing-masing dosen. Setelah  mahasiswa dapat menguasai disiplin ilmu yang diberikan oleh seorang dosen, maka ia dipersilahkan untuk memilih dosen yang lain untuk mempelajari mata kuliah yang berbeda. Setelah mahasiswa yang sudah meyelesaikan kuliahnya kepada seorang dosen, maka ia akan diberi Syahadah (ijazah).
     Ketika Mesir hilang kedaulatannya tahun 922 H/1517 M, pendidikan dan pengajaran mengalami kemunduran di al-Azhar khususnya dan madrasah-madrasah lainnya. Pada masa itu ilmu yang diajarkan hanya bahasa arab dan ilmu-ilmu agama saja, sedangkan ilmu aqliyah, seperti filsafat, ilmu bumi, ilmu pasti tidak ada dan dianggap haram hukumnya. Kendati demikian bukan berarti tidak ada seorangpun yang belajar dan mengajarkan ilmu aqliyah, tetapi dengan kemauan sendiri, seperti Syaikh Abdul Mun’im Damanhuri (w. 1192 H/1778 M) dalam ijazahnya disebutkan ilmu yang telah dipelajarinya meliputi al-Jabar, ilmu falak, ilmu kesehatan dan lain-lain.

C.       Sistem dan Metode Pendidikan Al-Azhar
     Pada mulanya pengajaran di Universitas al-Azhar sama dengan institusi pen-didikan yang lain, yaitu sistem halaqah (melingkar). Seorang pelajar bebas memilih guru dan pindah sesuai dengan kemauannya. Umumnya guru atau syaikh yang mengajar itu duduk bersama para pelajar, tetapi guru kadang-kadang duduk di kursi ketika menerangkan kitab yang diajarkannya. Di samping itu, metode diskusi sangat dikembangkan sebagai metode dalam proses pembelajaran antarpelajar. Seorang gu-ru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan penajaman dari materi yang didiskusikan.
     Al-Azhar merupakan univertas Islam tertua di Dunia, yang sampai saat ini masih menggunakan sistem kalsik Al-Azhar menerapkan sistem pendidikan dengan jenjang empat tahun. Yang mana dalam setiap pertemuannya tidak menggunakan sistem absen. Dimana hal tersebut memiliki filosofi yang luar biasa yaitu bahwasanya seorang mahasiswa itu harus lebih mengutamakan ilmu yang didapatkannya, bukan sekedar datang absen saja tanpa ilmu yang didapat. Dalam menyelesaikan administrasi pun Al-Azhar masih menggunakan sistem manual, dimana hal tersebut dapat melatih kesabaran mahasiswa.
     Al-Azhar pun terkenal dengan sistem sanad (riwayat), di mana seorang mahasiswa mengambil sebuah ilmu langsung dari gurunya dengan bertatap muka dan tentunya para murid pun diuji seberapa jauh ia menguasi ilmu tersebut. Sistem ini ternyata sudah ada semenjak Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para Sahabat dan ulama sesudahnya. Sistem sanad ini pulalah yang menjadikan kelimuan Islam tetap terjaga dari masa ke masa.Selain dibangku kuliah, para mahasiswa Al-Azhar juga banyak menimba ilmu melalui halaqah-halaqah yang diadakan di masjid Al-Azhar.
     Al-Azhar megajarkan mahasiswanya untuk bersifat sederhana, hal ini dpat dilihat dari ruang kuliahnya yang masih menggunakan meja dan bangku panjang yang diduduki 5-7 orang. Saat perkuliahan pun mahasiswa bebas bertanya apapun kepada dosen bahkan sampai keluar ruanganpun mereka masih dizinkan untuk bertama, hingga mereka paham betul dengan ilmu yang didapatnya
     Al-Azhar menggunakan sistem paket, jadi nilai mata kuliah yang diujikan ketika semester ganjil dan genap disatukan. Bagi mereka yang membawa lebih dari dua mata kuliah, akan mengulang selama setahun di kelas yang sama dengan mata kuliah yang ia bawa. Sedangkan mereka yang membawa satu atau dua mata kuliah, ia tetap naik kelas dan hanya diuji ulang mata pelajaran tersebut tanpa mengulang satu tahun di kelas yang sama.
     Di sinilah terlihat ketatnya sistem ujian dan penialan di al-Azhar. Hal ini tidak lain karena al-Azhar ingin mengajarkan kepada para mahasiwanya sebuah kesungguhan dalam belajar dan mencari ilmu.

D.    Tujuan Universitas Al-Azhar
Adapun tujuan Universitas al-Azhar adalah:
1)      Mengemukakan kebenaran dan pengaruh turas Islam terhadap kemajuan umat manusia dan jaminannya terhadap kebahagiaannya di dunia dan akhirat;
2)      Memberikan perhatian penuh terhadap ke-bangkitan turas ilmu, pemikiran, dan keruhanian bangsa Arab Islam;
3)        Menyuplai dunia Islam dengan ulama-ulama aktif yang beriman, percaya terhadap diri sendiri, mempunyai keteguhan mental dan ilmu yang mendalam tentang akidah, syariah, dan bahasa al-Quran;
4)        Mencetak ilmuwan agama yang aktif dalam semua bentuk ke-giatan, karya, kepemimpinan dan menjadi contoh yang baik, serta mencetak ilmuwan dari berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup aktif dalam dakwah Islam yang di-pimpin dengan hikmat kebijaksanaan dan pelajaran yang baik di luar dan di dalam Republik Arab Mesir;
5)       Meningkatkan hubungan kebudayaan dan ilmiah dengan universitas dan lembaga ilmiah Islam di luar negeri.

E.     Peranan Al-Azhar dalam mencetak Ulama
     Al-azhar sebagai lembaga pendidikan saat ini telah banyak melahirkan ulama yang tidak diragukan lagi dari aspek keilmuannya, dan telah banyak menyumbangkan khasanah ilmu pengetahuan terutama keIslaman, baik dari Mesir maupun Ulama yang berasal dari daerah lainnya. Diantara mereka ialah Izauddin bin Abdissalam, Imam Subkhi Jallaludin As- Suyuti, Al Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqolani, dan karya monumental dari para ulama tersebut masih dapat dipelajari dan disaksikan sampai sekarang ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH TERLENGKAP : MEWASPADAI ANCAMAN TERHADAP NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

NASKAH DRAMA INDONESIA : " MISTERI HANTU RUMAH TUA "

MAKALAH TERLENGKAP : PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA